Prasasti, sumber sejarah yang memberikan
keterangan tentang peristiwa politik, birokrasi, religi dan kondisi masyarakat
lainnya. Prasasti biasanya dikeluarkan penguasa, baik pemerintahan tingkat
pusat maupun penguasa daerah. Prasasti Palas Pasemah yang ditemukan di tepi
Sungai Pisang, anak Way Sekampung, Lampung Selatan menyiratkan Lampung, termasuk Tulang Bawang ketika
itu berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Berdasarkan perbandingan bentuk huruf dengan
prasasti-prasasti lainnya, Prasasti Palas Pasemah diduga berasal dari akhir
abad ke 7 Masehi. Prasasti tersebut berisi tentang penaklukan daerah Lampung
dan kutukan-kutukan kepada yang berani memberontak kepada Sriwijaya. Prasasti
yang isinya mirip dengan Prasasti Palas Pasemah juga ditemukan di Kota Kapur, Bangka .
Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Palas
Pasemah. Prasasti ini ditulis dengan Aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno sebanyak 13
baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya
diperkirakan prasasti itu berasal
dari akhir abad ke 7 Masehi. Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang
tidak tunduk kepada Sriwijaya. Prasasti Palas
Pasemah, menurut sejumlah peneliti, bukti Kerajaan Sriwijaya menaklukkan
Kerajaan Tulang Bawang setelah kerajaan itu menaklukkan Kedah dan Minanga
Tamwan abad 682 Masehi.
Prasasti tersebut telah diketahui
keberadaannya tahun 1958. Isinya hampir sama dengan isi Prasasti Karang Berahi
dari daerah Jambi, Prasasti Kota Kapur dari Bangka dan Prasasti Bungkuk dari
daerah Lampung Timur, yang berisi kutukan yang tidak patuh dan tunduk kepada
penguasa Sriwijaya.
Teks Prasasti Palas Pasemah; (1) siddha kitaŋ hamwan wari awai. kandra kayet.
ni pai hu [mpa an] (2) namuha ulu
lawan tandrun luah maka matai tandrun luah wi [nunu paihumpa] (3) an haŋkairu muah. kayet nihumpa unai tunai.
umenteŋ [bhakti ni ulun] (4) haraki
unai tunai. kita sawanakta dewata maharddhika san nidhana maŋra [ksa yaŋ
kadatuan] (5) di sriwijaya. kita tuwi
tandrun luah wanakta dewata mula yaŋ parssumpaha [n parawis. kada] (6) ci uraŋ di dalaŋna bhumi ajnan kadatuanku
ini parawis. drohaka wanu [n. samawuddhi la] (7) wan drohaka. manujari drohaka. niujari drohaka. tahu din drohaka [.
tida ya marpadah] (8) tida ya bhakti
tatwa arjjawa di yaku dnan di yaŋ nigalar kku sanyasa datua niwunuh ya su [mpah
ni] ….
Terjemahannya; (1-4). ….Wahai sekalian dewa, yang maha kuat, yang melindungi (kerajaan)
(5) Sriwijaya, wahai, para jin air dan
semua dewa pemula rafal kutukan (jika) (6) Ada orang di seluruh kekuasan yang tunduk pada kerajaan yang
memberontak, (berkomplot dengan) (7) Pemberontak,
bicara dengan para pemberontak, tahu pemberontak (yang tidak menghormatiku)
(8) Tidak tunduk takzim dan setia padaku
dan bagi mereka yang yang dinobatkan dengan tuntutan datu, (orang-orang
tersebut) akan terbunuh oleh (kutukan) …. (institut_tulangbawangologi/Akhmad Sadad)
Comments
Post a Comment